HUKUM ADAT


CONTOH HUKUM ADAT DI SUATU DAERAH
LUAR NEGERI ( INDIA )



NAMA       :  ALYA PUTRI PUSPASARI
NPM         :  20214920
KELAS       :  2EB33


A.  Pengertian Adat
Istilah adat berasal dari bahasa Arab, yang apabila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia berarti “kebiasaan”. Adat atau kebiasaan telah meresap kedalam Bahasa Indonesia, sehingga hampir semua bahasa daerah di Indonesia telah menganal dan menggunakan istilah tersebut. Adat atau kebiasaan dapat diartikan sebagai berikut : “Tingkah laku seseoarang yang terus-menerus dilakukan dengan cara tertentu dan diikuti oleh masyarakat luar dalam waktu yang lama”. Dengan demikian unsur-unsur terciptanya adat adalah :
1. Adanya tingkah laku seseorang
2. Dilakukan terus-menerus
3. Adanya dimensi waktu.
4. Diikuti oleh orang lain/ masyarakat.

B.   Istilah Hukum Adat
Istilah “Hukum Adat” dikemukakan pertama kalinya oleh Prof.Dr. Cristian Snouck Hurgronye dalam bukunya yang berjudul “De Acheers” (orang-orang Aceh), yang kemudian diikuti oleh Prof.Mr.Cornelis van Vollen Hoven dalam bukunya yang berjudul “Het Adat Recht van Nederland Indie”.Dengan adanya istilah ini, maka Pemerintah Kolonial Belanda pada akhir tahun 1929 meulai menggunakan secara resmi dalam peraturan perundangundangan Belanda.           
Istilah hukum adat sebenarnya tidak dikenal didalam masyarakat, dan masyarakat hanya mengenal kata “adat” atau kebiasaan. Adat Recht yang diterjemahkan menjadi Hukum Adat dapatkah dialihkan menjadi Hukum Kebiasaan. Van Dijk tidak menyetujui istilah hukum kebiasaan sebagai terjemahan dari adat recht untuk menggantikan hukum adata dengan alasan : “Tidaklah tepat menerjemahkan adat recht menjadi hukum kebiasaan untuk menggantikan hukum adat, karena yang dimaksud dengan hukum kebiasaan adalah kompleks peraturan hukum yang timbul karena kebiasaan, artinya karena telah demikian lamanya orang biasa bertingkah laku menurut suatu cara tertentu sehingga timbulah suatu peraturan kelakuan yang diterima dan juga diinginkan oleh masyarakat, sedangkan apabila orang mencari sumber yang nyata dari mana peraturan itu berasal, maka hampir senantiasa akan dikemukakan suatu alat perlengkapan masyarakat tertentu dalam lingkungan besar atau kecil sebagai pangkalnya” .
Hukum adat pada dasarnya merupakan sebagian dari adat istiadat masyarakat. Adat-istiadat mencakup konsep yang luas. Sehubungan dengan itu dalam penelaahan hukum adat harus dibedakan antara adat-istiadat (non-hukum) dengan hukum adat, walaupun keduanya sulit sekali untuk dibedakan karena keduanya erat sekali kaitannya.


C.   Contoh Hukum Adat di INDIA
Republik India (भारत गणराज्य) adalah sebuah negara di Asia yang memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di dunia, dengan populasi lebih dari satu miliar jiwa, dan adalah negara terbesar ketujuh berdasarkan ukuran wilayah geografis. Kebudayaan tradisional India memiliki hirarki sosial yang relatif ketat. Sejak usia dini, anak-anak diajari tentang peran dan kedudukan mereka dalam masyarakat. Tradisi ini diperkuat dengan kepercayaan kepada dewa-dewa dan roh yang dianggap berperan penting dan tak terpisahkan dari kehidupan mereka. 
Dalam sistem kasta di India ditetapkan stratifikasi sosial dan pembatasan dalam kehidupan sosial di anak benua India. Kelas-kelas sosial dibentuk oleh ribuan kelompok herediter yang mempraktikkan endogami, yang umum disebut jāti atau kasta. Pelaksanaan Hukum Adat di India adalah berkaitan dengan pengaruh agama Hindu yang begitu kuat  dan menjadi pegangan utama masyarakatnya. Mayoritas penduduk di India beragama hindu.
Dalam ajaran agama Hindu, Dewa (Devanagari: देव) adalah makhluk suci, makhluk supernatural, penghuni surga, malaikat, dan manifestasi dari Brahman (Tuhan Yang Maha Esa). Dalam agama Hindu, musuh para Dewa adalah Asura.


  • *   Adat istiadat di India

1.       Hari raya di India
Di India seperti halnya umat Hindu di Indonesia mengenal banyak hari-hari besar keagamaan atau hari raya yang seluruhnya dapat dibedakan menjadi tiga 3 kelompok , yaitu : Pertama, hari-hari pesta keagamaan (festivals) yang dilakukan dengan meriah, seperti Chitrra Purinima, Durgapuja atau Navaratri, Dipavali, Gayatri Japa, Guru Purnima. Holi , Makara Sankranti, Raksabandha, Vasanta Panchami dan lain-lain. Kedua, adalah hari peringatan kelahiran tokoh-tokoh suci yang disebut Jayanti atau Janmasthani seperti Ganesa Caturti, Gita Jayanti, Valmiki Jayanti, Hanuman Jayanti, Krisna Janmasthani, Sankara Jayanti, Ramanavami dan lain-lain dan ketiga adalah hari untuk melaksanakan Brata(Vrata) atau Upavasa(Puasa) misalnya Sivaratri, Satyanarayana Vrata, Vara Laksmi Vrata, Ekadasi dan lain-lain.
Citra Purnima jatuh pada hari purnama bulan Chaitra, yakni bulan pertama dari penanggalan Saka, pemujaan ditujukan kepada dewa Yama, dewa maut dengan mempersembahkan sesajen berupa nasi berisi bumbu (sejenis "bubur pitara" di Bali) yang kemudian setelah dipersembahkan makanan atau prasadam (di Bali disebut "lungsuran") dibagikan kepada mereka yang mengikuti upacara.
Durgapuja atau Navaratri disebut juga Dussera atau Dasahara jatuh pada tanggal 1 sampai dengan 10 paro terang bulan Aswasuja atau Asuji (September-Oktober) untuk memperingati kemenangan Dharma terhadap Adharma, Upacara ini adalah untuk menghormati kemengangan Sri Rama melawan Rawana yang disebut juga Dasamukha (berkepala sepuluh). Konon Sri Rama berhasil jaya oleh karena anugerah Dewi Durga, karena itu sebagian umat Hindu memuja -Nya pada hari ini sebagai Durgapuja. Versi lain menyebnutkan sebagai kemenangan Sri Kresna melawan raksasa Narakasura, Upacara yang berlangsung 10 hari, sembilan hari pertama disebut Vijaya Dasani. Hari raya yang disebut juga Dussera ini mirip dengan Galungan dan Kuningan di Indonesia.
Dipavali, artinya persembahan lampu, disebut juga Divali, jatuh dua hari sebelum Tilem ( bulam mati) kartika ( Oktober-November), beliau disambut dengan penyalaan lampu-lampu, kembang api dan mercon semalam suntuk. Pagi hingga siang hari dilakukan persembahyangan keluarga di pura-pura terdekat di samping kunjungan keluarga, suasananya seperti Ngembak Agni di Bali.
Gayatri Japa, jatuh sehari setelah purnama Sravana (Kasa) bulan Juli atau agustus, sebagai peringatan turunya mantram Gayatri yang kini populer menjadi mantra Japa yang sangat penting dan sangat dikeramatkan oleh umat Hindu.Guru Purnima jatuh pada hari purnama Asadha (bulan Juli-Agustus), hari ini disebut juga Vyasa Jayanti, hari lahirnya maharesi Vyasa. Makna hari raya ini mirip dengan Pagerwesi. Sejak purnama ini selama 4 bulan ( Caturmasa) para Sanyasin tidak lagi mengembara (karena musim hujan), mereka tinggal di asram-asram mendiskusikan Brahmasutra dan melakukan meditasi.
Holi, hari ini jatuh pada purnama Phalguna ( Kawulu), bulan Februari-Maret, dirayakan diseluruh India sangat meriah , maknanya untuk menyambut musim panas dikaitkan dengan raksasa perampuan bernama Holika yang akhirnya mati terbakar dikalahkan oleh kenbenaran yang dimanifestasikan oleh Prahlada. Upacaranya mirp dengan mecaru di perempatan-perempatan desa di Bali dan membuat api unggun yang dinyalakan pada saat menjelang malam.

Makara Sankranti jatuh pada pertengahan januari, pada saat itu matahari mulai bergerak ke arah utara Katulistiwa, sebagian besar umat Hindu menyucikan diri di sungai Gangga atau sungai sungai suci lainya di India, pemujaan ditujukan kepada dewa Surya.Raksabandha jatuh pada hari purnama Sravana(Kasa), Juli- Agustus hari untuk menguatkan tali kasih sayang antara suami-istri, anak orang tua, kemenakan dengan paman/bibi, murid dengan guru dan sebaliknya, mengingatkan cintanya dewi Sachi kepada Indra.
Pada hari ini pagi-pagi benar umat Hindu menyucikan diri ke sungai Gangga atau sungai-sungai suci lainya. Selesai sembahyang dilanjutkan dengan pengikatan benang pada pergelangan tangan masing-masing, tanda memperteguh ikatan kasih sayang. Vasanta Panchami jatuh pada hari kelima paro terang ( Suklapaksa Magha masa), yakni bulan Januari-Februari dalam menyambut musim semi (Vasanta), seperti halnya hari-hari suci lainya, pada hari ini juga umat hindu mandi suci di sungai Gangga atau sungai-sungai suci lainya di India, disamping melakukan meditasi atau yoga Sadhana.
Hari-hari lainya yang berkaitan dengan peringatan kelahiran tokoh seperti Ganesa Caturti jatuh pada tanggal 4 paro terang Badrapada ( Agustus - september ) memperingati kelahiran Ganesa putra Siva. Para pemuja Ganesa melakukan japa, bermeditasi mengingat nama-Nya.Gita Jayatri adalah memperingati turunya sabda suci Bhagawandgita, jatuh pada Ekadasi Suklapaksa Margasirsa yakni hari ke sebelas paro terang bulan margasirsa (Desember-Januari), seperti dimaklumi Bhagawadgita disampaikan oleh Sri Kresna kepada Arjuna di padang Kurusetra, tepat terjadinya peristiwa rohani ini kini disebut Jyotisara, sekitar 3 kilometer dari tempatnya rsi Bhisma terbaring menunggu matahari bergerak keutara.
Valmiki Jayanti jatuh beberapa hari menjelang Dipavali adalah untuk memperingati tokoh hindu, penyusun Ramayana sedang Hanuman Jayanti jatuh pada purnama Chaitra ( Bulan Maret-April) bersamaan dengan hari Chaitra Purnama, untuk memuja Yama, Kresna Janasthami jatuh pada hari ke 8 paro petang bulan Bhadrapada ( Agustus-September) untuk memperingati kelahiran Sri Kresna di kota Mathura, sebuah kota suci ditepi sungai Yamuna.Sankara Jayanti jatuh pada tanggal 5 paro terang bulan Vaisaka ( Mei-Juni) untuk menghormati tokoh spiritual India peletak dasar ajaran Advaita Vedanta. Sri Sankara dikenal sebagai gurudeva dari para Sanyasin di seluruh India.
Ramanavani Jayanti adalah peringatan hari kelaiharan Sri Rama yang jatuh pada tanggal 9 paro terang bulan Chaitra ( Maret-April) . Sri Rama lahir di kota suci Ayodya, di Uttar Pradesh, India Utara. Hari yang berkaitan dengan Brata atau Upavasa adalah Sivaratri hari ini jatuh pada tanggal 14 paro gelap bulan Maghadan Phalguna ( yakni bulan januari dan Februari ). Umat Hindu di Indonesia melaksanakannya pada bulan Magha ( sasih Kapitu), sedang umat Hindu di India melakukan pada bulan Phalguna ( Kawulu). Hal ini mungkin disebabkan saat itu merupakan bulan mati paling gelap di India.
Satya Narayana Vrata umunya dilakukan pada hari-hari purnama seperti Kartika ( Kapat), Vaisaka ( Kadasa), Sravana(Kasa), dan Chaitra ( Kasanga) dapat juga dilakukan pada saat bulan terbit ( tanggal 1 paro terang/penanggal). Bentuknya sangat sederhana yakni berupa persembahan dana punia kepada para pandita dan pemberian / pembagian makanan kepada orang-orang miskin.
Ekadasi atau Vaikunta Ekadasi Vrata jatuh pada tanggal dab panglong dan penanggal 11 bulan Margasisra ( Desember-Januari), 2 kali sebulan berupa puasa tidak makan nasi pada hari itu. meraka yang melakukan Ekadasi Vrata terbebas dari segala dosa. Vara Laksmi Vrata , dilakukan pada hari Jumat bulan Sravana ( kasa) bulan Juli - Agustus untuk memohon kesejahteraan lahir dan bathin. Masih banyak kita jumpai informasi tentang Brata atau Upavasa di dalam kitab-kitab Ithiasa dan Puranba yang rupanya beberapa diantaranya dipetik dan diabadikan dalam lontar lontar tentang Bratha di Bali.
Telah dijelaskan di depan bahwa hari raya keagamaan yang mirip dengan galuingan dan kuningan adalah hari Durgapuja atau Navaratri yang diakhiri dengan Vijaya Dasani dirayakan hampir diseluruh India.Menurut Svami Sivananda dalam bukunya Fasts & Festivals of India (1991) India bahwa permulaan musim panas dan permulaan musim dingin, dua hal yang sangat penting adalah pengaruh matahari dan Iklim. Pada kedua periode ini adalah kesempatan yang baik memuja iklim. Durga ( manifestasi Tuhan Yang Maha Esa segabai seorang Ibu) yakni dilakukan bertepatan dengan Ramanavani pada bulan Chaitra ( April-Mei) dan pada Durga Navarartri atau VijayaDasami pada bulan Asuji (September - Oktober) . Sri Rama dipuja pada saat Ramanavami sedang dewi dewi Durga di puja pada Navaratri. Durgapuja ini dirayakan secara besar-besaran dengan menghias altar ( tempat pemujaan keluarga, biasanya dalam kamar suci, tidak mempunyai pemerajan seperti kita di Indonesia). Tiga hari pertama pemujaan ditujukan kepada dewi Durga, tiga hari selanjutnya kepada dewi Laksmi dan tiga hari berikutnya kepada dewi Sarasvati.
Pada Pucak perayaan, hari ke sepuluh ( Vijaya Dasami) sejak pagi hari umat telah melakukan sembahyang dirumah ditujukan kepada ketiga dewi tadi, didahului dengan pemnujaan kepada Ganesa dan diakhiri denan pemujaan kepada dewa Siva atau Istadevata lainya. Selesai pemujaan dilanjutkan denan Dhyana atau meditasi dan pembacaan kitab-kitab suci khusunnya Dewi Sukta dari Rgveda, Dewi Mahatya, Bhagavadgita, Upanisad, Brahmasutra atau kitab Ramayana. Umat pada umumnya sejak pagi sudah mengucapkan Bhajan atau kidung-kidung memuja keagungan Tuhan Yang Maha Esa . Berbagai jenus makanan dipersembahkan dan akhir dari persembahyangan bersama dalam keluarga atau di pura ( Mandir ) selalu dibagikan Pradasam atau lungsuran untuk dinikmati bersama. Dewasa ini resepsi perayaan Durgapuja atau Wijaya Dasami dilakukan puladi kantor-kantor pemerintah dan swasta, juga disekolah-sekolah , selesai persembahyangan pada umumnya umat melakukan Dharmasanti, yakni kunjungan kepada keluarga terdekat, para guru pandita maupun sahabat atau tetangga. Saat ini semua keluarga berkumpul, karena itu beberapa hari kota-kota besar seperti mati, karena suasananya sepi. Ketika malam tiba, mulailah dilaksanakan pembakaran patung patung rawana yang digambarkan berkepala sepuluh, juga adiknya kumbakarna dan putranya meghananda, di India Timur dan selatan dilanjutkan dengan mengarak arca atau patung Durga, seorang dewi yang amat cantik bertangan sepuluh. Pembakaran atau terbunuhnya Rawana dan pengikutnya selalu dudahului dengan drama tari Ramayana dan keesokan harinya umat datang ke sungai-sungai suci untuk mandi menyucikan diri. Demikianlah pelaksanaan Vijaya Dasami, sedang peringatan tahun Baru Saka yang kita kenal dengan hari raya Nyepi tidak dikenal/dirayakan lagi di India, walaupun pada jaman dahulu hampir seluruh India mengenal dan menggunakan tahun Saka. Kini di India hanya pemerintah yang menetapkan tahun baru Saka setiap tanggal 22 Maret bila tahun biasa dan 21 maret bila Tahun Kabisat dan masyarakat umum kurang memperhatikan hal itu. Di India selain tahun Saka, dikenal juga tahun Harsa ( Harsa Sampat), tahun Vikrama ( Vikrama Sampat) dan lain-lain. Informasi yang saya terima tahun yang lalau di Nepal umat Hindu juga merayakan tahun baru Saka bersamaan denan hari raya Nyepi kita di Indonesia. Untuk dimaklumi Nepal adalah satu-satunya kerajaan hindu di dunia yang tempatnya di pegunungan Himalaya.
Arsitektur pura di Neval bentukya sama denan Meru di Bali ( Indonesia), manunjukkan hubungan yang erat pengaruh Hindu ( India) terhadap Indonesia. Rupanya karena perbedaan musim dan tidak ada raja yang menjadikan Sri Rama sebagai Istadevata maupun karena sistem kalender yang digunakan di Indonesia, kita hanya mengenal Galungan dua kali dalam setahun, seperti halnya juga Sarasvati puja.
Selanjutnya bila kita memperhatikan persembahyangan yang dilakukan sehari menjelang hari raya Holi, yakni berupa persembahan biji bijian dan bunga serta pada air pada perempatan-perampatan desa yang telah menyiapkan kayu api untuik apiu unggun mengingat kita pada upacara Catur Tawur Kasanga, sehari menjelang Nyepi, sedang pelaksanaan Sivaratri hampir sama dengan di Indonesia

2.       Pakaian Tradisional
Pakaian Tradisional berbeda-beda menurut daerahnya di India. Warna-warni dan gaya pakaian tradisional bergantung pada berbagai faktor, terutama iklim. Pakaian berupa kain yang disampirkan merupakan gaya busana yang populer di India. Wanita mengenakan pakaian yang disebut sari, dan pria mengenakan pakaian yang disebut dhoti atau lungi. Pakaian dari kain yang dijahit juga populer, seperti salwar kameez yang dikenakan wanita. Pria mengenakan kurta berikut piyama, selain celana panjang dan kemeja gaya Eropa yang juga popular.

3.       Masakan Tradisional
Masakan India mencakup berbagai masakan khas dari berbagai kawasan di India. Ciri khas masakan India adalah pemakaian bumbu serta rempah-rempah yang beraneka ragam. Makanan pokok orang India adalah beras (terutama di India selatan dan timur) dan gandum di India bagian timur. Rempah-rempah seperti merica aslinya berasal dari anak benua India. Cabai menjadi populer di India berkat diperkenalkan oleh orang Portugis. contoh masakan India yang paling populer adalah Murg Makhani dan Martabak.

4.       Upacara Pernikahan
Di India upacara pernikahan Seperti adat penikahan dengan mengelilingi api suci sebanyak 7 kali, akan dilakukan oleh semua masyarakat India tanpa memandang agama. Bahkan sistem perjodohan masih banyak dilakukan, dan bukan merupakan hal yang tabu. Pernikahan India selalu erat dengan beberapa simbol seperti, pohon dan buah mangga, manisan, selendang, cincin kaki, dan susu. Dengan adanya simbol tersebut, diharapkan rumah tangga kedua mempelai akan dipenuhi kemakmuran, kemanisan seperti manisnya mangga, manisan, dan susu. Mempelai pria tidak hanya memakaikan cincin di tangan pasangannya, namun juga di jari kaki pasangannya, hal ini menunjukan rasa hormat dan komitmen melayani dari suami pada istrinya. Selendang merah yang mewah dan penuh dengan manik-manik digunakan sebagai pengikat saat kedua mempelai mengelilingi api suci dan mengucapkan sumpah pernikahan.
Satu lagi simbol yang paling kita kenal dari India, yaitu titik manis di dahi setiap perempuan India yang disebut Bindi. Tidak hanya sebagai pemanis dan menambah kesan anggun saja, namun Bindi juga memiliki makna tertentu. Bindi yang berwarna hitam, berwarna-warni, dan berbentuk-bentuk, biasa digunakan oleh perempuan yang belum menikah. Apabila perempuan itu sudah bersuami, ia akan menggunakan bindi bulat berwarna merah. Bindi dan cincin kaki harus selalu dikenakan oleh perempuan India yang sudah menikah, sebagai tanda penghormatannya terhadap suami. Apabila seorang perepuan tidak mengenakan bindi, berarti suaminya akan dianggap sudah meninggal.
Dalam acara pernikahan ini, para tamu undangan juga akan dihibur dengan Tari Ular, yang merupakan tarian khas India. Tarian ini bisanya ditarikan oleh penari yang sudah dilatih sejak kecil, sehingga mereka memiliki tubuh dan gerakan yang sangat lentur layaknya seekor ular. Tidak hanya itu, makanan khas India juga disajikan dalam pelajaran ini. Kelompok India memperkenalkan beberapa makanan khas seperti Samosa, Gulap Jamun (manisan India), dan Roti Canai. Tentu saja bagian makanan ini yang paling ditunggu-tunggu oleh teman-teman, agar dapat mencicipi kuliner India.

5.       Kelahiran  (Sewaktu Mengandung)
Adat Valaikaappu adalah adat yang dilakukan ketika kandungan sulung wanita hamil menjangkau usia tujuh hingga sembilan bulan. Wanita hamil tersebut akan dipakaikan sebentuk gelang tangan baru yang dikenali sebagai Suulkaappu. Suul bermaksud`kandungan ibu dan Kaappu pula bermaksud 'perlindungan'. Gelang ini dipakai bertujuan untuk melindungi bayi di dalam kandungan daripada kesukaran semasa bersalin. Adat Valaikaappu diadakan pada hari dan masa yang baik menurut calendar India. Upacara ini akan diadakan di rumah suami atau ibu bapa dan disertai oleh kaum wanita yang telah bersuami dan mempunyai anak yang dipanggil cumanggali.
Gelangtangan yang dipakaikan dalam upacara ini terdiri daripada beberapa jenis yaitu gelangkaca, pancalogam dan emas mengikut kemampuan masing-masing. Setelah anakdilahirkan, gelang tangan emas tersebut akan dileburkan untuk dibuat perhiasan bagi bayi tersebut dan akan dipakaikan pada hari pemberian nama.Pada hari upacara dilakukan, hadiah kepada wanita hamil tersebut yang dikenali sebagai ciir diatur kedalam dulang yang mempunyai bilangan ganjil.Hadiah ini termasuk barang kemas, sari, gelangtangan, serbuk kumkum, kunyit, buah-buahan, sirihpinang, sikat dan cermin serta pelbagai manisan.Hadiah di dalam dulang ini akan diletak di ruangtamu dan seterusnya upacara memandikan wanitahamil tersebut diadakan. Upacara ini juga dikenalisebagai mutugu niir (kulittal) Wanita hamil tersebut didudukkan di bilik mandi dan dimandikan dengan air seperti air susu, airkunyit, air kelapa muda, air mawar dan bunga-bungaan. Setelah mandi, wanita hamiltersebut akan dihias seperti pengantin dan seterusnya akan dikalungkan dengan kalungan bunga oleh suaminya. Wanita hamil tersebut dipakaikan dengan sari perkahwinan atau sari baru yang dibeli oleh ibu bapanya dan didudukkan di ruang tamu.Seterusnya lampu minyak kuttu vilakku dihidupkan sebagai memohon restu Tuhan dansebagai memulakan upacara. Berbagai makanan juga disediakan khas bagi wanita hamil tersebut seperti pelbagai jenis nasi, kuih muih, buah-buahan dan bunga-bungaan.

6.       Upacara Kematian
Dalam masyarakat India, mayat akan dibakar atau dikebumikan. Untuk melaksanakan upacara ini, berbagai adat tertentu akan dilakukan.
Ø  Semasa Kematian  :  Sekiranya seseorang itu telah meninggal dunia, mayat akan diletakkan di ruang tamu.Kepala mayat dihadapkan ke arah selatan dan sebuah lampu minyak atau kaamaatci amman vilakku dipasang dinyalakan. Kemudian sebiji kelapa terbelah dua dan sirih pinang diletakkan berhampiran si mati. Serbuk suci atau tiruniiru disapu pada dahi si mati sebelum disembahyang. Setelah itu barulah si mati dibalut dengan menggunakan kain. kunyit disapu pada mata untuk membunuh kuman dan seterusnya duit syiling diletakkan di atas dahi. Sirih pinang ditumbuk dan dimasukkan ke dalam mulut dan lubang hidung akan disumbatkan dengan kapas.. Mayat akan dimandikan terlebih dahulu dan dibaringkan di atas katil diruang tamu atau halaman rumah. Selepas dimandikan, si mati akan dipakaikan dengan pakaian baru yaitu sari bagi mayat perempuan dan dhoti bagi mayat lelaki.

Ø  Upacara Menanggalkan Thaali  :  Thaali vaangutal merupakan upacara menanggalkan thaali semasa berlakunya sesebuah kematian dalam sesebuah keluarga. Thaali iaitu rantai suci perkahwinan hanya boleh ditanggal oleh seorang isteri setelah suamiya meninggal dunia.



Ø  Upacara Vaaikkarisi  :  Setelah dimandi dan dihias dengan cantik, mayat akan dimasukkan ke dalam keranda. Kapur barus dimasukkan bersama supaya mayat tidak berbau. Kemudian ke dalam mulut mayat akan dimasukkan sedikit makanan sebagai menandakan pemberian terakhir dan inilah yang dinamakan vaaikkarisi.

Ø  Kollic Catti  :  Kollic catti bermaksud periuk tanah liat yang mengandungi api. Periuk tersebut diangkat dengan menggunakan pelepah kelapa yang dibelah tiga di bahagian hujung dan diikat pada periuk. Kollic catti dibawa oleh ahli keluarga si mati samada anak ataupun bapa. Anak sulung melakukan untuk bapa yang telah meninggal dunia dan anak bongsu untuk ibu. Pembawa Kollic catti atau buyung dikehendaki mengelilingi mayat sebanyak tiga kali menurut arah jam. Kemudian diikuti oleh pengurus mayat yang akan menebuk kollic catti dengan menyebut 'sorkam seer, kaiulaasam seer' berulang kali. pada pusingan ketiga, pembawa kollic catti berada di hadapan mayat dan duduk melutut tetapi tidak menghadap mayat.
Ø  Selepas Kematian  :   Selepas selesai upacara pengebumian, beberapa adat seperti berikut akan dilakukan seperti membersihkan rumah, mengumpul abu mayat dan berkabung.


Kesimpulan
Kesimpulan yang saya tarik dari makalah saya adalah,Hukum adat di India mempengaruhi corak pemerintahan dan kehidupan masyarakatnya. Terdapat beberapa amalan yang mencetuskan kontroversi akibat dua budaya yang bertenatangan sewaktu kedatangan Barat. Menurut saya satu hal yang paling di banggakan dari India adalah mereka masih memegang teguh kebudayaan leluhurnya dan tetap menjaga dan berupaya tidak terpengaruh dengan modernisasi budaya . Tapi bila kita lihat tidak sepenuhnya kebudayaan India itu baik , kita sebagai bangsa Indonesia bisa mengambil contoh - contoh yang baik dari kebudayaan mereka, yaitu tetap memegang teguh budaya yang ada.




REFERENSI
http://www.pengertianpakar.com/2015/02/pengertian-hukum-adat-dan-sistem-hukum.html
http://muhajirinsyukurmaruapey.blogspot.co.id/2013/03/sejarah-pengertian-dan-istilah-hukum.html
http://hipatioss.blogspot.co.id/2014/10/antroologi-hukum-adat-istiadat-india.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS