CONTOH
HUKUM ADAT DI SUATU DAERAH
LUAR
NEGERI ( INDIA )
NAMA : ALYA PUTRI PUSPASARI
NPM : 20214920
KELAS : 2EB33
A.
Pengertian Adat
Istilah adat berasal
dari bahasa Arab, yang apabila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia berarti
“kebiasaan”. Adat atau kebiasaan telah meresap kedalam Bahasa Indonesia,
sehingga hampir semua bahasa daerah di Indonesia telah menganal dan menggunakan
istilah tersebut. Adat atau
kebiasaan dapat diartikan sebagai berikut : “Tingkah laku seseoarang yang terus-menerus
dilakukan dengan cara tertentu dan diikuti oleh masyarakat luar dalam waktu
yang lama”. Dengan
demikian unsur-unsur terciptanya adat adalah :
1. Adanya tingkah laku
seseorang
2. Dilakukan
terus-menerus
3. Adanya dimensi waktu.
4. Diikuti oleh orang
lain/ masyarakat.
B.
Istilah Hukum Adat
Istilah
“Hukum Adat” dikemukakan pertama kalinya oleh Prof.Dr. Cristian Snouck
Hurgronye dalam bukunya yang berjudul “De Acheers” (orang-orang Aceh), yang
kemudian diikuti oleh Prof.Mr.Cornelis van Vollen Hoven dalam bukunya yang
berjudul “Het Adat Recht van Nederland Indie”.Dengan adanya istilah ini, maka
Pemerintah Kolonial Belanda pada akhir tahun 1929 meulai menggunakan secara
resmi dalam peraturan perundangundangan Belanda.
Istilah
hukum adat sebenarnya tidak dikenal didalam masyarakat, dan masyarakat hanya
mengenal kata “adat” atau kebiasaan. Adat Recht yang diterjemahkan menjadi
Hukum Adat dapatkah dialihkan menjadi Hukum Kebiasaan. Van Dijk tidak
menyetujui istilah hukum kebiasaan sebagai terjemahan dari adat recht untuk
menggantikan hukum adata dengan alasan : “Tidaklah
tepat menerjemahkan adat recht menjadi hukum kebiasaan untuk menggantikan hukum
adat, karena yang dimaksud dengan hukum kebiasaan adalah kompleks peraturan
hukum yang timbul karena kebiasaan, artinya karena telah demikian lamanya orang
biasa bertingkah laku menurut suatu cara tertentu sehingga timbulah suatu
peraturan kelakuan yang diterima dan juga diinginkan oleh masyarakat, sedangkan
apabila orang mencari sumber yang nyata dari mana peraturan itu berasal, maka
hampir senantiasa akan dikemukakan suatu alat perlengkapan masyarakat tertentu
dalam lingkungan besar atau kecil sebagai pangkalnya” .
Hukum adat
pada dasarnya merupakan sebagian dari adat istiadat masyarakat. Adat-istiadat
mencakup konsep yang luas. Sehubungan dengan itu dalam penelaahan hukum adat
harus dibedakan antara adat-istiadat (non-hukum) dengan hukum adat, walaupun
keduanya sulit sekali untuk dibedakan karena keduanya erat sekali kaitannya.
C. Contoh Hukum Adat di INDIA
Republik India (भारत गणराज्य) adalah sebuah negara di Asia yang memiliki jumlah penduduk terbanyak
kedua di dunia, dengan populasi lebih dari satu miliar jiwa, dan adalah negara terbesar ketujuh
berdasarkan ukuran wilayah geografis. Kebudayaan tradisional
India memiliki hirarki sosial yang relatif ketat. Sejak usia dini, anak-anak
diajari tentang peran dan kedudukan mereka dalam masyarakat. Tradisi ini
diperkuat dengan kepercayaan kepada dewa-dewa dan roh yang dianggap berperan
penting dan tak terpisahkan dari kehidupan mereka.
Dalam sistem kasta di India ditetapkan stratifikasi
sosial dan pembatasan dalam kehidupan sosial di anak benua
India. Kelas-kelas sosial dibentuk oleh ribuan kelompok herediter yang
mempraktikkan endogami, yang umum disebut jāti atau kasta. Pelaksanaan Hukum Adat di India adalah berkaitan dengan
pengaruh agama Hindu yang begitu kuat dan
menjadi pegangan utama masyarakatnya. Mayoritas penduduk
di India beragama hindu.
Dalam ajaran agama Hindu, Dewa (Devanagari: देव) adalah makhluk suci, makhluk supernatural, penghuni
surga, malaikat, dan manifestasi
dari Brahman (Tuhan Yang Maha Esa).
Dalam agama Hindu, musuh para Dewa
adalah Asura.
Adat istiadat di India
1.
Hari raya di India
Di India seperti halnya umat Hindu
di Indonesia mengenal banyak hari-hari besar keagamaan atau hari raya yang
seluruhnya dapat dibedakan menjadi tiga 3 kelompok , yaitu : Pertama, hari-hari
pesta keagamaan (festivals) yang dilakukan dengan meriah, seperti Chitrra
Purinima, Durgapuja atau Navaratri, Dipavali, Gayatri Japa, Guru Purnima. Holi
, Makara Sankranti, Raksabandha, Vasanta Panchami dan lain-lain. Kedua, adalah
hari peringatan kelahiran tokoh-tokoh suci yang disebut Jayanti atau
Janmasthani seperti Ganesa Caturti, Gita Jayanti, Valmiki Jayanti, Hanuman
Jayanti, Krisna Janmasthani, Sankara Jayanti, Ramanavami dan lain-lain dan
ketiga adalah hari untuk melaksanakan Brata(Vrata) atau Upavasa(Puasa) misalnya
Sivaratri, Satyanarayana Vrata, Vara Laksmi Vrata, Ekadasi dan lain-lain.
Citra Purnima jatuh pada hari
purnama bulan Chaitra, yakni bulan pertama dari penanggalan Saka, pemujaan
ditujukan kepada dewa Yama, dewa maut dengan mempersembahkan sesajen berupa
nasi berisi bumbu (sejenis "bubur pitara" di Bali) yang kemudian setelah
dipersembahkan makanan atau prasadam (di Bali disebut "lungsuran")
dibagikan kepada mereka yang mengikuti upacara.
Durgapuja atau Navaratri disebut
juga Dussera atau Dasahara jatuh pada tanggal 1 sampai dengan 10 paro terang
bulan Aswasuja atau Asuji (September-Oktober) untuk memperingati kemenangan
Dharma terhadap Adharma, Upacara ini adalah untuk menghormati kemengangan Sri
Rama melawan Rawana yang disebut juga Dasamukha (berkepala sepuluh). Konon Sri
Rama berhasil jaya oleh karena anugerah Dewi Durga, karena itu sebagian umat
Hindu memuja -Nya pada hari ini sebagai Durgapuja. Versi lain menyebnutkan
sebagai kemenangan Sri Kresna melawan raksasa Narakasura, Upacara yang
berlangsung 10 hari, sembilan hari pertama disebut Vijaya Dasani. Hari raya
yang disebut juga Dussera ini mirip dengan Galungan dan Kuningan di Indonesia.
Dipavali, artinya persembahan lampu,
disebut juga Divali, jatuh dua hari sebelum Tilem ( bulam mati) kartika (
Oktober-November), beliau disambut dengan penyalaan lampu-lampu, kembang api
dan mercon semalam suntuk. Pagi hingga siang hari dilakukan persembahyangan
keluarga di pura-pura terdekat di samping kunjungan keluarga, suasananya
seperti Ngembak Agni di Bali.
Gayatri Japa, jatuh sehari setelah
purnama Sravana (Kasa) bulan Juli atau agustus, sebagai peringatan turunya
mantram Gayatri yang kini populer menjadi mantra Japa yang sangat penting dan
sangat dikeramatkan oleh umat Hindu.Guru Purnima jatuh pada hari purnama Asadha
(bulan Juli-Agustus), hari ini disebut juga Vyasa Jayanti, hari lahirnya
maharesi Vyasa. Makna hari raya ini mirip dengan Pagerwesi. Sejak purnama ini
selama 4 bulan ( Caturmasa) para Sanyasin tidak lagi mengembara (karena musim
hujan), mereka tinggal di asram-asram mendiskusikan Brahmasutra dan melakukan
meditasi.
Holi, hari ini jatuh pada purnama
Phalguna ( Kawulu), bulan Februari-Maret, dirayakan diseluruh India sangat
meriah , maknanya untuk menyambut musim panas dikaitkan dengan raksasa
perampuan bernama Holika yang akhirnya mati terbakar dikalahkan oleh kenbenaran
yang dimanifestasikan oleh Prahlada. Upacaranya mirp dengan mecaru di
perempatan-perempatan desa di Bali dan membuat api unggun yang dinyalakan pada
saat menjelang malam.
Makara Sankranti jatuh pada
pertengahan januari, pada saat itu matahari mulai bergerak ke arah utara
Katulistiwa, sebagian besar umat Hindu menyucikan diri di sungai Gangga atau
sungai sungai suci lainya di India, pemujaan ditujukan kepada dewa Surya.Raksabandha
jatuh pada hari purnama Sravana(Kasa), Juli- Agustus hari untuk menguatkan tali
kasih sayang antara suami-istri, anak orang tua, kemenakan dengan paman/bibi,
murid dengan guru dan sebaliknya, mengingatkan cintanya dewi Sachi kepada
Indra.
Pada hari ini pagi-pagi benar umat
Hindu menyucikan diri ke sungai Gangga atau sungai-sungai suci lainya. Selesai
sembahyang dilanjutkan dengan pengikatan benang pada pergelangan tangan
masing-masing, tanda memperteguh ikatan kasih sayang. Vasanta
Panchami jatuh pada hari kelima paro terang ( Suklapaksa Magha masa), yakni
bulan Januari-Februari dalam menyambut musim semi (Vasanta), seperti halnya
hari-hari suci lainya, pada hari ini juga umat hindu mandi suci di sungai
Gangga atau sungai-sungai suci lainya di India, disamping melakukan meditasi
atau yoga Sadhana.
Hari-hari lainya yang berkaitan
dengan peringatan kelahiran tokoh seperti Ganesa Caturti jatuh pada tanggal 4
paro terang Badrapada ( Agustus - september ) memperingati kelahiran Ganesa
putra Siva. Para pemuja Ganesa melakukan japa, bermeditasi mengingat nama-Nya.Gita
Jayatri adalah memperingati turunya sabda suci Bhagawandgita, jatuh pada
Ekadasi Suklapaksa Margasirsa yakni hari ke sebelas paro terang bulan
margasirsa (Desember-Januari), seperti dimaklumi Bhagawadgita disampaikan oleh
Sri Kresna kepada Arjuna di padang Kurusetra, tepat terjadinya peristiwa rohani
ini kini disebut Jyotisara, sekitar 3 kilometer dari tempatnya rsi Bhisma
terbaring menunggu matahari bergerak keutara.
Valmiki Jayanti jatuh beberapa hari
menjelang Dipavali adalah untuk memperingati tokoh hindu, penyusun Ramayana
sedang Hanuman Jayanti jatuh pada purnama Chaitra ( Bulan Maret-April)
bersamaan dengan hari Chaitra Purnama, untuk memuja Yama, Kresna Janasthami
jatuh pada hari ke 8 paro petang bulan Bhadrapada ( Agustus-September) untuk
memperingati kelahiran Sri Kresna di kota Mathura, sebuah kota suci ditepi
sungai Yamuna.Sankara Jayanti jatuh pada tanggal 5 paro terang bulan Vaisaka (
Mei-Juni) untuk menghormati tokoh spiritual India peletak dasar ajaran Advaita
Vedanta. Sri Sankara dikenal sebagai gurudeva dari para Sanyasin
di seluruh India.
Ramanavani Jayanti adalah peringatan
hari kelaiharan Sri Rama yang jatuh pada tanggal 9 paro terang bulan Chaitra (
Maret-April) . Sri Rama lahir di kota suci Ayodya, di Uttar Pradesh, India
Utara. Hari yang
berkaitan dengan Brata atau Upavasa adalah Sivaratri hari ini jatuh pada
tanggal 14 paro gelap bulan Maghadan Phalguna ( yakni bulan januari dan
Februari ). Umat Hindu di Indonesia melaksanakannya pada bulan Magha ( sasih
Kapitu), sedang umat Hindu di India melakukan pada bulan Phalguna ( Kawulu).
Hal ini mungkin disebabkan saat itu merupakan bulan mati paling gelap di India.
Satya Narayana Vrata umunya dilakukan
pada hari-hari purnama seperti Kartika ( Kapat), Vaisaka ( Kadasa),
Sravana(Kasa), dan Chaitra ( Kasanga) dapat juga dilakukan pada saat bulan
terbit ( tanggal 1 paro terang/penanggal). Bentuknya
sangat sederhana yakni berupa persembahan dana punia kepada para pandita dan
pemberian / pembagian makanan kepada orang-orang miskin.
Ekadasi atau Vaikunta Ekadasi Vrata
jatuh pada tanggal dab panglong dan penanggal 11 bulan Margasisra (
Desember-Januari), 2 kali sebulan berupa puasa tidak makan nasi pada hari itu.
meraka yang melakukan Ekadasi Vrata terbebas dari segala dosa. Vara Laksmi
Vrata , dilakukan pada hari Jumat bulan Sravana ( kasa) bulan Juli - Agustus
untuk memohon kesejahteraan lahir dan bathin. Masih banyak kita jumpai
informasi tentang Brata atau Upavasa di dalam kitab-kitab Ithiasa dan Puranba yang
rupanya beberapa diantaranya dipetik dan diabadikan dalam lontar lontar tentang
Bratha di Bali.
Telah dijelaskan di depan bahwa hari
raya keagamaan yang mirip dengan galuingan dan kuningan adalah hari Durgapuja
atau Navaratri yang diakhiri dengan Vijaya Dasani dirayakan hampir diseluruh
India.Menurut Svami
Sivananda dalam bukunya Fasts & Festivals of India (1991) India bahwa
permulaan musim panas dan permulaan musim dingin, dua hal yang sangat penting
adalah pengaruh matahari dan Iklim. Pada kedua periode ini adalah kesempatan
yang baik memuja iklim. Durga ( manifestasi Tuhan Yang Maha Esa segabai seorang
Ibu) yakni dilakukan bertepatan dengan Ramanavani pada bulan Chaitra (
April-Mei) dan pada Durga Navarartri atau VijayaDasami pada bulan Asuji (September
- Oktober) . Sri Rama dipuja pada saat Ramanavami sedang dewi dewi Durga di
puja pada Navaratri. Durgapuja ini dirayakan secara besar-besaran dengan
menghias altar ( tempat pemujaan keluarga, biasanya dalam kamar suci, tidak
mempunyai pemerajan seperti kita di Indonesia). Tiga hari pertama pemujaan
ditujukan kepada dewi Durga, tiga hari selanjutnya kepada dewi Laksmi dan tiga
hari berikutnya kepada dewi Sarasvati.
Pada Pucak perayaan, hari ke sepuluh
( Vijaya Dasami) sejak pagi hari umat telah melakukan sembahyang dirumah
ditujukan kepada ketiga dewi tadi, didahului dengan pemnujaan kepada Ganesa dan
diakhiri denan pemujaan kepada dewa Siva atau Istadevata lainya. Selesai
pemujaan dilanjutkan denan Dhyana atau meditasi dan pembacaan kitab-kitab suci
khusunnya Dewi Sukta dari Rgveda, Dewi Mahatya, Bhagavadgita, Upanisad,
Brahmasutra atau kitab Ramayana. Umat pada umumnya sejak pagi sudah mengucapkan
Bhajan atau kidung-kidung memuja keagungan Tuhan Yang Maha Esa . Berbagai jenus
makanan dipersembahkan dan akhir dari persembahyangan bersama dalam keluarga
atau di pura ( Mandir ) selalu dibagikan Pradasam atau lungsuran untuk
dinikmati bersama. Dewasa ini resepsi perayaan Durgapuja atau Wijaya Dasami
dilakukan puladi kantor-kantor pemerintah dan swasta, juga disekolah-sekolah ,
selesai persembahyangan pada umumnya umat melakukan Dharmasanti, yakni
kunjungan kepada keluarga terdekat, para guru pandita maupun sahabat atau
tetangga. Saat ini semua keluarga berkumpul, karena itu beberapa hari kota-kota
besar seperti mati, karena suasananya sepi. Ketika malam tiba, mulailah dilaksanakan pembakaran
patung patung rawana yang digambarkan berkepala sepuluh, juga adiknya
kumbakarna dan putranya meghananda, di India Timur dan selatan dilanjutkan
dengan mengarak arca atau patung Durga, seorang dewi yang amat cantik bertangan
sepuluh. Pembakaran atau terbunuhnya Rawana dan pengikutnya selalu dudahului
dengan drama tari Ramayana dan keesokan harinya umat datang ke sungai-sungai
suci untuk mandi menyucikan diri. Demikianlah pelaksanaan Vijaya Dasami, sedang
peringatan tahun Baru Saka yang kita kenal dengan hari raya Nyepi tidak
dikenal/dirayakan lagi di India, walaupun pada jaman dahulu hampir seluruh
India mengenal dan menggunakan tahun Saka. Kini di India hanya pemerintah yang
menetapkan tahun baru Saka setiap tanggal 22 Maret bila tahun biasa dan 21
maret bila Tahun Kabisat dan masyarakat umum kurang memperhatikan hal itu. Di India selain
tahun Saka, dikenal juga tahun Harsa ( Harsa Sampat), tahun Vikrama ( Vikrama
Sampat) dan lain-lain. Informasi yang saya terima tahun yang lalau di Nepal
umat Hindu juga merayakan tahun baru Saka bersamaan denan hari raya Nyepi kita
di Indonesia. Untuk dimaklumi Nepal adalah satu-satunya kerajaan hindu di dunia
yang tempatnya di pegunungan Himalaya.
Arsitektur pura di Neval bentukya
sama denan Meru di Bali ( Indonesia), manunjukkan hubungan yang erat pengaruh
Hindu ( India) terhadap Indonesia. Rupanya karena perbedaan musim dan tidak ada
raja yang menjadikan Sri Rama sebagai Istadevata maupun karena sistem kalender
yang digunakan di Indonesia, kita hanya mengenal Galungan dua kali dalam
setahun, seperti halnya juga Sarasvati puja.
Selanjutnya bila kita memperhatikan
persembahyangan yang dilakukan sehari menjelang hari raya Holi, yakni berupa persembahan
biji bijian dan bunga serta pada air pada perempatan-perampatan desa yang telah
menyiapkan kayu api untuik apiu unggun mengingat kita pada upacara Catur Tawur
Kasanga, sehari menjelang Nyepi, sedang pelaksanaan Sivaratri hampir sama
dengan di Indonesia
2. Pakaian Tradisional
Pakaian Tradisional berbeda-beda
menurut daerahnya di India. Warna-warni dan gaya pakaian tradisional bergantung
pada berbagai faktor, terutama iklim. Pakaian berupa kain yang disampirkan
merupakan gaya busana yang populer di India. Wanita mengenakan pakaian yang
disebut sari, dan pria mengenakan pakaian yang disebut dhoti atau lungi.
Pakaian dari kain yang dijahit juga populer, seperti salwar kameez yang
dikenakan wanita. Pria mengenakan kurta berikut piyama, selain celana panjang
dan kemeja gaya Eropa yang juga popular.
3. Masakan Tradisional
Masakan India mencakup berbagai
masakan khas dari berbagai kawasan di India. Ciri khas masakan India adalah
pemakaian bumbu serta rempah-rempah yang beraneka ragam. Makanan pokok orang
India adalah beras (terutama di India selatan dan timur) dan gandum di India
bagian timur. Rempah-rempah seperti merica aslinya berasal dari anak benua
India. Cabai menjadi populer di India berkat diperkenalkan oleh orang Portugis.
contoh masakan India yang paling populer adalah Murg Makhani dan Martabak.
4.
Upacara
Pernikahan
Di
India upacara pernikahan Seperti adat penikahan dengan mengelilingi api suci
sebanyak 7 kali, akan dilakukan oleh semua masyarakat India tanpa memandang
agama. Bahkan sistem perjodohan masih banyak dilakukan, dan bukan merupakan hal
yang tabu. Pernikahan
India selalu erat dengan beberapa simbol seperti, pohon dan buah mangga,
manisan, selendang, cincin kaki, dan susu. Dengan adanya simbol tersebut, diharapkan rumah tangga kedua
mempelai akan dipenuhi kemakmuran, kemanisan seperti manisnya mangga, manisan,
dan susu. Mempelai pria tidak hanya memakaikan cincin di tangan pasangannya,
namun juga di jari kaki pasangannya, hal ini menunjukan rasa hormat dan
komitmen melayani dari suami pada istrinya. Selendang merah yang mewah dan
penuh dengan manik-manik digunakan sebagai pengikat saat kedua mempelai
mengelilingi api suci dan mengucapkan sumpah pernikahan.
Satu
lagi simbol yang paling kita kenal dari India, yaitu titik manis di dahi setiap
perempuan India yang disebut Bindi. Tidak hanya sebagai pemanis dan menambah
kesan anggun saja, namun Bindi juga memiliki makna tertentu. Bindi yang
berwarna hitam, berwarna-warni, dan berbentuk-bentuk, biasa digunakan oleh
perempuan yang belum menikah. Apabila perempuan itu sudah bersuami, ia akan
menggunakan bindi bulat berwarna merah. Bindi dan cincin kaki harus selalu
dikenakan oleh perempuan India yang sudah menikah, sebagai tanda
penghormatannya terhadap suami. Apabila seorang perepuan tidak mengenakan
bindi, berarti suaminya akan dianggap sudah meninggal.
Dalam
acara pernikahan ini, para tamu undangan juga akan dihibur dengan Tari Ular,
yang merupakan tarian khas India. Tarian ini bisanya ditarikan oleh penari yang
sudah dilatih sejak kecil, sehingga mereka memiliki tubuh dan gerakan yang
sangat lentur layaknya seekor ular. Tidak hanya itu, makanan khas India juga
disajikan dalam pelajaran ini. Kelompok India memperkenalkan beberapa makanan
khas seperti Samosa, Gulap Jamun (manisan India), dan Roti Canai. Tentu saja
bagian makanan ini yang paling ditunggu-tunggu
oleh teman-teman, agar dapat mencicipi kuliner India.
5. Kelahiran (Sewaktu Mengandung)
Adat Valaikaappu adalah adat yang
dilakukan ketika kandungan sulung wanita hamil menjangkau usia tujuh hingga
sembilan bulan. Wanita hamil tersebut akan dipakaikan sebentuk gelang
tangan baru yang dikenali sebagai Suulkaappu. Suul bermaksud`kandungan ibu dan Kaappu pula
bermaksud 'perlindungan'. Gelang ini dipakai bertujuan untuk melindungi bayi di
dalam kandungan daripada kesukaran semasa bersalin. Adat
Valaikaappu diadakan pada hari dan masa yang baik menurut calendar India.
Upacara ini akan diadakan di rumah suami atau ibu bapa dan disertai oleh
kaum wanita yang telah bersuami dan mempunyai anak yang dipanggil
cumanggali.
Gelangtangan yang dipakaikan dalam
upacara ini terdiri daripada beberapa jenis yaitu gelangkaca, pancalogam
dan emas mengikut kemampuan masing-masing. Setelah anakdilahirkan, gelang
tangan emas tersebut akan dileburkan untuk dibuat perhiasan bagi bayi tersebut
dan akan dipakaikan pada hari pemberian nama.Pada hari upacara dilakukan,
hadiah kepada wanita hamil tersebut yang dikenali sebagai ciir diatur
kedalam dulang yang mempunyai bilangan ganjil.Hadiah ini termasuk barang
kemas, sari, gelangtangan, serbuk kumkum, kunyit, buah-buahan, sirihpinang,
sikat dan cermin serta pelbagai manisan.Hadiah di dalam dulang ini akan diletak
di ruangtamu dan seterusnya upacara memandikan wanitahamil tersebut diadakan.
Upacara ini juga dikenalisebagai mutugu niir (kulittal) Wanita hamil tersebut
didudukkan di bilik mandi dan dimandikan dengan air seperti air susu,
airkunyit, air kelapa muda, air mawar dan bunga-bungaan. Setelah mandi,
wanita hamiltersebut akan dihias seperti pengantin dan seterusnya akan
dikalungkan dengan kalungan bunga oleh suaminya. Wanita hamil tersebut
dipakaikan dengan sari perkahwinan atau sari baru yang dibeli oleh ibu
bapanya dan didudukkan di ruang tamu.Seterusnya lampu minyak kuttu vilakku
dihidupkan sebagai memohon restu Tuhan dansebagai memulakan upacara.
Berbagai makanan juga disediakan khas bagi wanita hamil tersebut seperti
pelbagai jenis nasi, kuih muih, buah-buahan dan bunga-bungaan.
6. Upacara Kematian
Dalam masyarakat India, mayat akan dibakar atau
dikebumikan. Untuk melaksanakan upacara ini, berbagai adat tertentu akan
dilakukan.
Ø Semasa
Kematian : Sekiranya seseorang itu telah meninggal dunia,
mayat akan diletakkan di ruang tamu.Kepala mayat dihadapkan ke arah selatan dan
sebuah lampu minyak atau kaamaatci amman vilakku dipasang dinyalakan. Kemudian
sebiji kelapa terbelah dua dan sirih pinang diletakkan berhampiran si mati. Serbuk suci
atau tiruniiru disapu pada dahi si mati sebelum disembahyang. Setelah itu
barulah si mati dibalut dengan menggunakan kain. kunyit disapu pada mata untuk
membunuh kuman dan seterusnya duit syiling diletakkan di atas dahi. Sirih
pinang ditumbuk dan dimasukkan ke dalam mulut dan lubang hidung akan
disumbatkan dengan kapas.. Mayat akan dimandikan terlebih dahulu dan
dibaringkan di atas katil diruang tamu atau halaman rumah. Selepas dimandikan,
si mati akan dipakaikan dengan pakaian baru yaitu sari bagi mayat perempuan dan
dhoti bagi mayat lelaki.
Ø Upacara
Menanggalkan Thaali : Thaali vaangutal merupakan upacara
menanggalkan thaali semasa berlakunya sesebuah kematian dalam sesebuah
keluarga. Thaali iaitu rantai suci perkahwinan hanya boleh ditanggal oleh
seorang isteri setelah suamiya meninggal dunia.
Ø Upacara
Vaaikkarisi : Setelah dimandi dan dihias dengan cantik,
mayat akan dimasukkan ke dalam keranda. Kapur barus dimasukkan bersama supaya
mayat tidak berbau. Kemudian ke dalam mulut mayat akan dimasukkan sedikit
makanan sebagai menandakan pemberian terakhir dan inilah yang dinamakan
vaaikkarisi.
Ø Kollic
Catti : Kollic catti bermaksud periuk tanah liat yang
mengandungi api. Periuk tersebut diangkat dengan menggunakan pelepah kelapa
yang dibelah tiga di bahagian hujung dan diikat pada periuk. Kollic catti
dibawa oleh ahli keluarga si mati samada anak ataupun bapa. Anak sulung
melakukan untuk bapa yang telah meninggal dunia dan anak bongsu untuk ibu.
Pembawa Kollic catti atau buyung dikehendaki mengelilingi mayat sebanyak tiga
kali menurut arah jam. Kemudian diikuti oleh pengurus mayat yang akan menebuk
kollic catti dengan menyebut 'sorkam seer, kaiulaasam seer' berulang kali. pada
pusingan ketiga, pembawa kollic catti berada di hadapan mayat dan duduk melutut
tetapi tidak menghadap mayat.
Ø Selepas
Kematian : Selepas selesai upacara pengebumian,
beberapa adat seperti berikut akan dilakukan seperti membersihkan rumah,
mengumpul abu mayat dan berkabung.
Kesimpulan
Kesimpulan yang saya tarik dari
makalah saya adalah,Hukum adat di India mempengaruhi corak pemerintahan dan kehidupan
masyarakatnya. Terdapat beberapa amalan yang mencetuskan kontroversi
akibat dua budaya yang bertenatangan sewaktu kedatangan Barat. Menurut saya
satu hal yang paling di banggakan dari India adalah mereka masih memegang teguh
kebudayaan leluhurnya dan tetap menjaga dan berupaya tidak terpengaruh dengan
modernisasi budaya . Tapi bila kita lihat tidak sepenuhnya kebudayaan India itu
baik , kita sebagai bangsa Indonesia bisa mengambil contoh - contoh yang baik
dari kebudayaan mereka, yaitu tetap memegang teguh budaya yang ada.
REFERENSI
http://www.pengertianpakar.com/2015/02/pengertian-hukum-adat-dan-sistem-hukum.html
http://muhajirinsyukurmaruapey.blogspot.co.id/2013/03/sejarah-pengertian-dan-istilah-hukum.html
http://hipatioss.blogspot.co.id/2014/10/antroologi-hukum-adat-istiadat-india.html